Monday, November 24, 2008
Dengan tak sengaja dia bertemu dengan sosok itu. Lalu dengan tak sengaja pula namanya terukir dalam hatinya. Dengan tak sengaja lagi, sosok itu terlintas dalam alam bawah sadarnya. Tapi dengan sengaja, sosok itu melukai hatinya.
Wednesday, November 12, 2008
“Bagaimana caranya melupakan rasa sakit yang begitu dalam?”
“Seberapa dalam lubang yang telah tercipta itu? Seberapa dalam?”
Dia menggeleng. Dia tak tahu, dia terlalu bingung untuk merasakannya. Rasa sakit itu tercipta, telah lepas dari kendali hatinya. Dia tak pernah menginginkan ada lubang yang besar yang merobek-robek sampai ke bagian dasar hatinya.
“Umpamakan…, lubang itu sebesar apa?”
“Besar sekali…,” dia jawab dengan sangat merana.
Lalu lawan bicaranya menghembuskan napas berat. Dia menatap lawan bicaranya, tampak ada kebingungan dan keinginan untuk menyudahi pembicaraan tak berujung ini. Sebenarnya dia juga ingin seperti ini, tapi dia tak bisa. Dia tak sepandai lawan bicaranya itu, dia terlalu lemah karena dianggap terlalu kuat.
Sekarang, telinganya terasa begitu peka, matanya terasa begitu tajam, hatinya terasa begitu rapuh, ketika melihat segala hal yang berkaitan dengan sosok yang membuat luka parah di hatinya.
Matanya memancarkan sinar keinginan yang begitu membara. Dia menatap lawan bicaranya. Tangannya bergerak lalu menguncang-guncang tubuh lawan bicaranya itu, dengan kemeranaan di atas segalanya dia berbicara,
“Tolong… tolong bawa aku pergi, ke mana saja. Ambil… semuanya. Hidup, semuanya,” ujarnya penuh duka.
Lawan bicaranya menggeleng pasrah. “Ke mana? Bagaimana? Untuk apa?”
Dia mendesah, wajahnya menunduk, hatinya tercabik-cabik lagi. Untuk segala bentuk pertanyaan, tak ada satu pun yang bisa dijawab. “Kenapa?” dan dia memilih bertanya kenapa. Ya, karena ‘kenapa’. Semuanya berawal dari kata tanya yang begitu mempunyai kekuatan magis, yang membuat hatinya menunggu bagai hewan kelaparan, tapi tak ingin menanyakan lagi ketika mendengar jawaban dari segala rasa penasarannya.
Dia begitu merana dan sakit hati. Tahukah itu? Dia menginginkan seseorang mengetahuinya tapi tak mungkin ada yang tahu rasa apa yang singgah sekarang ini. Rasa yang dia yakini, tak ingin dirasakan setiap makhluk di dunia. Karena rasanya membuat dia terlalu miskin untuk membayar.
Lawan bicaranya menatapnya lagi, dengan 1001 kebimbangan, tapi dia tak mengutarakan semuanya. Dia balas menatap lawan bicaranya, tak ada kata-kata yang cukup pantas untuk diucapkan, yang mewakili segala rasa di hatinya—tak ada.
Jantungnya kini berdegup kencang setiap saat, merasa peka seribu kali lebih parah dari yang pernah dia rasakan kini. Menyiksa dirikah dia? Dengan membiarkan lagu kesukaannya disengaja mengalun terlalu kencang di dekatnya? Dengan membiarkan dirinya disakiti lebih dalam lagi?
Semuanya, terasa begitu menyatu dan melekat. Untuk setiap hal yang dia lakukan dan dia lihat, seolah seperti tiba-tiba menyindirnya begitu keras.
***
Sunday, November 9, 2008
Tuhanku,
Bicaralah dan dengarkan aku,
Pegang tanganku dan peluklah aku,
Jangan biarkan aku mencari yang lain selain diriMu,
Raihlah hatiku dan rampas aku dari yang jahat,
Bawalah aku dekat padaMu, terbang mengitari badai,
Berilah sukacita dan apiMu,
Angkatku tinggi dari lubang yang membuatku terpuruk,
Masuk dan diamlah di hatiku,
Agar aku senantiasa mencintaiMu, selalu.
Friday, November 7, 2008
Because--u think--I'm damn ur friends, so u hurt my heart for them?
Really?
So, actually, i've the stupid feeling. love u.
Yeah, don't u know that love is the best damn thing--ever?
why i can't get u out of my head, huh?
Just revenge?
Why, who?
i've so many question, but i cant talk to you.
This feeling is always getting hurt.
I wanna wake up. stand. fly. and go.
please, don't go. please, don't be like this.
just see, someday, i'll never suffering again.