Wednesday, April 29, 2009
"Pertanyaan apa, yang bisa kutanyakan, untuk memperlihatkan segala keraguanku?"
Terus terang saja, semua yang terjadi benar-benar di luar dugaan. Tidak, tidak menyangka memang. Benar-benar tampak seperti obral pengalaman. Yang tak tahu menjadi tahu, yang sudah tahu membungkam sang lidah, yang tak boleh tahu, mungkin penasaran.
Apa pun yang tertulis, membuatku seolah-olah mengulang segala kejadiannya, nah, kalau kamu tahu, mungkin kamu merasa aku belum sanggup melupakannya, atau malah merasa aneh, mengapa aku tidak henti-hentinya mengungkit soal itu. Ya, maaf saja. Itu kan pengalaman pribadi? Unik, tak mungkin dilepaskan begitu saja. Salahmu sendiri menciptakannya. Tapi lepas dari itu, terima kasih banyak.
Tidak, kamu salah. Aku telah melupakannya, hanya saja, rasa nekat dalam diriku mendadak membuncah tinggi, dan aku ingin melukiskannya. Menjadi rangkaian cerita, dengan segala bentuk penyamaran, dan akhir yang mengungkapkan siapa sesungguhnya dirimu.
Tapi, tenang saja, aku tidak ingin semuanya terobral bebas, karena aku cukup mengerti, bagian mana yang harus diubah, dengan tidak menyalahi kejadian, namun menyamarkannya menjadi..., hm, cukup sempurna.
Tahu tidak, ini pertama kalinya aku menjilidnya dalam bentuk utuh, nyata, dan bisa kubaca setiap saat.
Menulis tentang itu tak berarti aku harus melempar diriku ke ujung tahun, bulan-bulan lalu, bulan penuh tanda tanya atau mungkin kenangan, atau malah kebahagiaan.
Tanpa perasaan, semuanya akan tercetak bebas.
Sesungguhnya, kata-kata yang tak pernah kuungkapkan, gerak-gerik yang mungkin terbaca olehmu, tidak akan pernah terhapus, karena aku memang tidak ingin. Menantikan kapan saat di mana aku tak bisa atau tak perlu melihatmu, aku tersenyum, karena aku tak tahu apa yang terjadi padaku, atau padamu saat itu.
Pasrah memang bukan hal yang pantas..., ajaranmu ini manjur sekali. Sekarang aku tahu bagaimana cara menghadapimu. Oh ya, masih tetap pada pikiranku yang dulu, seandainya jariku bisa menari di atas keyboard ini dan mengetik namamu, sepanjang yang kutahu.
Satu lagi, aku senang ada yang memahami tulisanku.
Kalau kamu tahu, kehadiranmu menyisakan banyak arti, aku tidak pernah menyesal mengenalmu.
Setelah dirimu, aku tahu bagaimana aku harus bertindak, tahu dengan pasti, menyadari rasa salah itu dengan reaksiku yang kelewat benar, itu pasti. Hahaha.
Memulai semuanya denganmu dari awal, benar-benar cukup menarik.
Tapi bagiku, mengakhiri segala rasa tentu saja sesuatu yang rumit, dan juga kunantikan.
Oh ya, kalau pada akhirnya kamu tahu siapa Elyse dalam ceritaku:
Ada bagian yang menceritakan, bahwa dialah temanku yang tahu apa pun, garis bawahi, apa pun, yang pernah kamu ceritakan, di mobil, atau di tempatmu setiap Jumat, benarkah? aku kurang tahu pasti, tapi intinya, perkataan yang kamu rahasiakan, aku telah mengetahuinya. Itu benar, bukan? Bagaimana kalau pada akhirnya aku di sana?
Tapi tentu saja tidak menutup kemungkinan, bahwa itu adalah sesuatu yang nilainya adalah 'berlaku pada saat kamu merasakannya', sisanya adalah, 'aku tak pernah mengatakannya'.
Hm..., bagaimana manusia bisa menghargai setiap perkataannya?
2 comments:
JM! bikin novel aja deh! pasti aku jd pembeli pertamanya!! T-T..huhu..
huh.
makanya gw bilang,
kesempatan mash ada,walau samar.
atau kalo beneran mau berpaling...
kenapa gak pada orang yang selama ini selalu ada di samping lo?
dibanding ama orang lain yang masih belum pasti..
Post a Comment